Saturday 29 January 2011

dasar acuan dalam penilaian

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Penggunaan Acuan Dalam Penilaian
Setelah memberikan skor atas jawaban siswa, langkah pengolahan data hasil evaluasi adalah menganalisis data. Dari hasil analisis data tersebut, selanjutnya dilakukan suatu penilaian. Mengadakan penilaian atau memberikan penilaian ( grading ) pada hakikatnya adalah mengubah angka- angka yang diperoleh dari skor mentah menjadi suatu nilai yang memiliki suatu arti, seperti baik atau buruk, tinggi atau rendah, atau memuaskan atau tidak memuaskan berdasarkan kriteria tertentu.
Cara menginterprestasi hasil penilaian, berkaitan dengan pendekatan yang disesuaikan dengan penggunaannya pada perolehan skor tes siswa, apakah skor akan dibandingkan dengan rata- rata kelompoknya, setelah siswa tes berlangsung atau skor siswa akan dibandingkan dengan kriteria tertentu yang telah ditentukan sebelum tes berlangsung. Cara yang pertama, disebut dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) dan Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT).
B. Macam- macam Penilaian
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Penilaian berdasarkan acuan patokan dapat digunakan apabila dasar pemikira yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan adalah asumsi pedagogik. Asumsi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik hedaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seseorang pendidik harus dapat memacu peserta didik yag berprestasi. Peserta didik harus memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses belajar mengajar menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah skor siswa bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya. Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rumus : Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100 %
10
Taraf
Penugasan Angka
Kualitas Nilai
Huruf Kualifikasi
91-100 % 4 A Memuaskan
81- 90 % 3 B Baik
71- 80 % 2 C Cukup
61- 70 % 1 D Kurang
< 60 % 0 E Gagal

2. Penilaian Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Pendekatan Acuan Norma ( PAN ), merupakan pendekatan penilaian yang dipergunakan untuk menginterprestasikan informasi / data / skor siswa dengan cara membandingkan skor siswa secara individual dengan skor rata- rata kelompoknya . Penilaian dengan acuan ini dapat digunakan apabila pendidik mengalami kurikulum yang bersifat dinamis.
Contoh:
Satu kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Jika skor mentah yang paling tinggi (50 diberi nilai 10 maka nilai untuk :
Nilai 45 adalah (45/ 50) x 10 = 9,0
Nilai 40 adalah (40/ 50) x 10 = 8,0 dan seterusnya

Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
C. Teknik Pengubahan Skor Menjadi Nilai
Kegiatan berikutnya setelah tes berlangsung adalah memeriksa jawaban siswa, kemudian memberikan skor ( penyekoran ) dan terakhir mengelola skor, yang menggunakan skor mentah menjadi skor matang.
Ada pun langkah yang ditempuh masih untuk mengolah skor mentah menjadi matang/ nilai adalah :
1. Memberikan skor pada peserta didik
a) Penyekoran tes tertulis.Penyekoran jawaban soal- soal tes obyektif biasanya dilakukan secara dikhatomi, yaitu jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Dalam penyekoran soal- soal tes obyektif , B- S, pilihan ganda, dan menjodohkan, ada yang menggunakan rumus tebakan ( guessing formula ). Penerapan rumus ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam tes obyektif ada kesempatan bagi siswa untuk menebak jawaban.
a. Untuk soal B-S yaitu :
S = Skor
∑B = Jumlah jawaban benar
∑S = Jumlah jawaban salah

b. Soal Pilihan Ganda :


S = Skor
∑B = Jumlah jawaban Benar
∑G = Jumlah jawaban salah
k = Jumlah kemungkinan jawaban

c. Menjodohkan :


S = Skor
∑B = Jumlah jawaban Benar
∑G = Jumlah jawaban salah
N = Jumlah soal

b) Dalam penyekoran tes subyektif / uraian dapat di pergunakan sistem bobot, maksudnya adalah bahwa soal yang mudah, sedang dan sukar, masig- masing di. beri bobot tertentu dalam penyekorannya. Misalnya, soal mudah diberi bobot 2, soal sedang diberi bobot 3, dan soal sukar diberi bobot 4

No comments:

Post a Comment